Senin, 08 Februari 2016

Karya Ilmiah Kayu Putih



KARYA ILMIAH
MINYAK KAYU PUTIH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia





Disusun Oleh :
DIKI KHOERUMAN AZAM

KELAS XI IPS 1





MA NEGERI AWIPARI
TASIKMALAYA
TAHUN PELAJARAN 2013/2014



Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini yang berjudul “Minyak Kayu Putih”, yang mana Karya Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan Karya Ilmiah ini masih banyak kekurangan-kekurangannya, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, waktu, serta sumber yang penyusun miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan untuk perbaikan penyusunan selanjutnya.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, serta kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah ini, semoga semua amal baik semua pihak mendapat imbalan yang belipat dari Allah SWT. amiin.
Akhirnya penyusun berharap semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.


Tasikmalaya,  Mei 2014


         Penyusun,









DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1.Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3.Tujuan Penulisan................................................................................ 2
1.4.Manfaat Penulisan.............................................................................. 2
1.5.Metode Penulisan............................................................................... 2
1.6.Sistematika Penulisan......................................................................... 2

BAB II PENGENALAN MINYAK KAYU PUTIH.................................. 3
2.2.Morfologi Tumbuhan......................................................................... 5
2.3.Syarat dan Tumbuh Budidaya........................................................... 6
2.4.Mutu Minyak Kayu Putih.................................................................. 7

BAB III PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN MINYAK KAYU PUTIH         9
3.1.Proses Pembuatan Minyak Kayu Putih.............................................. 9
3.2.Pemanfaatan Minyak Kayu Putih...................................................... 13
3.3.Strategi Pemasaran Minyak Kayu Putih............................................. 15

BAB IV PENUTUP....................................................................................... 20
4.1 Simpulan........................................................................................... 20
4.2 Saran................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 21


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang Masalah
Minyak kayu putih, disebut juga minyak atsiri, adalah salah satu obat herbal yang banyak dipakai masyarakat Indonesia sejak berabad-abad lamanya. Minyak kayu putih memiliki nama latin cajuput oil dan dihasilkan oleh tumbuhan kayu putih. Tanaman kayu putih (M. leucadendra) diambil bagian daun dan rantingnya, kemudian dilakukan penyulingan hingga mendapatkan titik-titik embun yang berupa minyak kayu putih. Bersama minyak kelapa dan minyak adas, minyak kayu putih dicampur dan diolah menjadi minyak telon.
Saat ini masyarakat mengenal beragam khasiat minyak kayu putih bagi kesehatan dan kebugaran tubuh manusia. Penggunaan minyak kayu putih adalah sebagai obat oles pada bagian luar tubuh. Cara penggunaannya cukup mudah, yaitu dioleskan pada bagian yang sakit. Sangat tidak disarankan untuk mengkonsumi minyak kayu putih sehingga masuk ke dalam bagian dalam tubuh manusia.
Minyak kayu putih memiliki beberapa khasiat dalam mengobati keluhan-keluhan yang sering kita alami. Minyak kayu putih digunakan sebagai pengobatan gejala masuk angin, flu, sakit gigi, luka baru, sakit kepala, diare, demam, gatal karena gigitan serangga, pegal-pegal, kejang pada kaki, dan lain-lain. Minyak kayu putih sering digunakan oleh para petualang ketika berkemah di tempat dataran tinggi untuk menghangatkan tubuh mereka di malam hari. Untuk lebih jauh penulis akan membahas tentang pengelolaan dan pemanfaatan minyak kayu putih yang mana dirumuskan dalam perumusan masalah sebagai berikut:
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana Pengelolaan dan Pemanfaatan Minyak Kayu Putih
1.3. Tujuan Penulisan
Untuk Mengetahui Pengelolaan dan Pemanfaatan Minyak Kayu Putih
1.4. Manfaat Penulisan
Untuk Menambah wawasan khazanah keilmuan Penulis tentang Pengelolaan dan pemanfaatan minyak kayu putih.
1.5.Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan di dalan penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif yang merupakan jenis penelitian lapangan yanga mana  di tunjang dengan Library Research ( Kepustakaan) yaitu sumber data yang berupa buku-buku, internet yang berkaitan dengan dengan permasalah penelitian tersebut.
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3.   Tujuan Penulisan
1.4.   Manfaat Penulisan
1.5.   Metode Penelitian
1.6.   Sistematika Penulisan
BAB II PENGENALAN MINYAK KAYU PUTIH
2.1. Pengertian Minyak Kayu Putih
2.2.  Morfologi Tumbuhan
2.3. Syarat dan Tumbuh Budidaya
2.4. Mutu Minyak Kayu Putih
BAB III PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN MINYAK KAYU PUTIH
3.1. Proses Pembuatan Minyak Kayu Putih
3.2. Pemanfaatan Minyak Kayu Putih
3.3. Strategi Pemasaran Produk Minyak Kayu Putih
BAB IV PENUTUP
4.1. SIMPULAN
4.2. SARAN
BAB II
PENGENALAN MINYAK KAYU PUTIH

2.1. Pengertian Minyak Kayu Putih
Minyak kayu putih (cajuput oil, oleum-melaleuca-cajeputi, atau oleum cajeputi) dihasilkan dari hasil penyulingan daun dan rantingkayu putih (M. leucadendra). Minyak atsiri ini dipakai sebagai minyak pengobatan, dapat dikonsumsi per oral (diminum) atau, lebih umum, dibalurkan ke bagian tubuh. Khasiatnya adalah sebagai penghangat tubuh, pelemas otot, dan mencegah perut kembung. Minyak ini mengandung terutama eukaliptol (1,8-cineol) (komponen paling banyak, sekitar 60%), α-terpineol dan ester asetatnya, α-pinen, dan limonen. M. quinquenervia dilaporkan juga menjadi sumber minyak atsiri yang dinamakan sama. Minyak kayu putih banyak menjadi komponen dalam berbagai salep dan campuran minyak penghangat. Salep macan dan minyak telondiketahui menggunakan minyak kayu putih sebagai penyusunnya.
Gelam atau Kayu putih (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron) merupakanpohon anggota suku jambu-jambuan (Myrtaceae) yang dimanfaatkan sebagai sumberminyak kayu putih (cajuput oil). Minyak diekstrak (biasanya disuling dengan uap) terutama dari daun dan rantingnya. Namanya diambil dari warna batangnya yang memang putih.
Tumbuhan ini terutama tumbuh baik di Indonesia bagian timur dan Australia bagian utara, namun demikian dapat pula diusahakan di daerah-daerah lain yang memiliki musim kemarau yang jelas.
Minyak kayu putih mudah menguap. Pada hari yang panas orang yang berdekatan dengan pohon ini akan dapat membauinya dari jarak yang cukup jauh.
Sebagai tumbuhan industri, kayu putih dapat diusahakan dalam bentuk hutan usaha (agroforestri). Perhutani memiliki beberapa hutan kayu putih untuk memproduksinya. Minyak kayu putih yang diambil dari penyulingan biasa dipakai sebagai minyak balur atau campuran minyak pengobatan lain (seperti minyak telon) atau campuran parfum serta produk rumah tangga lain.
Kayu putih
Kayu putih dari Koehler
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
M. leucadendra
Melaleuca leucadendra
(
L.L.
Gelam atau Kayu putih (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron)

2.2.  Morfologi Tumbuhan
Tumbuhan dari famili Myrtaceae merupakan salah satu sumber minyak atsiri yang memiliki nilai komersial yang cukup tinggi. Beberapa jenis dari famili ini yang terkenal sebagai penghasil minyak atsiri adalah tumbuhan dari marga Eucalyptus dan Melaleuca.
Tumbuhan kayu putih (Melaleuca leucadendra (L). L) merupakan tumbuhan  perdu yang mempunyai batang pohon kecil dengan banyak anak cabang yang menggantung ke bawah. Daunnya berbentuk lancip dengan tulang daun yang sejajar. Bunga kayu putih berwarna merah, sedangkan kulit batang kayunya berlapis-lapis dengan permukaan terkelupas. Keistimewaan tanaman ini adalah mampu bertahan hidup di tempat yang kering, di tanah yang berair, atau di daerah yang banyak memperoleh guncangan angin atau sentuhan air laut. Tanaman ini tumbuh liar di daerah berhawa panas. Tanaman kayu putih tidak memerlukan syarat tumbuh yang spesifik. Pohon kayu putih dapat mencapai ketinggian 45 kaki. Dari ketinggian antara 5 - 450 m di atas permukaan laut, terbukti bahwa tanaman yang satu ini memiliki toleransi yang cukup baik untuk berkembang. (Lutony, 1994).
Bagian yang paling berharga dari tanaman kayu putih untuk keperluan produksi minyak atsiri adalah daunnya. Daun kayu putih yang akan disuling minyaknya mulai bisa dipangkas atau dipungut setelah berumur lima tahun. Seterusnya dapat dilakukan setiap enam bulan sekali sampai tanaman berusia 30 tahun. Di beberapa daerah yang subur, tanaman kayu putih telah bisa dipungut daunnya pada usia dua tahun. Setiap pohon kayu putih yang telah berumur lima tahun atau lebih dapat menghasilkan sekitar 50-100 kg daun berikut ranting.
Daun kayu putih
Daun merupakan bagian tumbuhan yang terpenting, karena dari daun inilah akan dihasilkan minyak kayu putih. Tanaman kayu putih termasuk jenis tumbuhan kormus karena tubuh tanaman secara nyata memperlihatkan diferensiasi dalam tiga bagian pokok, yaitu akar (radix), batang (caulis), dan daun (folium). Daun kayu putih terdiri atas dua bagian, yaitu tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina).
a.   Tangkai daun (petiolus)
Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaian daun, yang berfungsi untuk menempatkan helaian daun pada posisi yang tepat, sehingga dapat  memperoleh  cahaya  matahari  sebanyak-banyaknya.  Tangkai  daun berbentuk bulat kecil, sedangkan panjang tangkainya bervariasi.
b.   Helaian daun (lamina)
Helaian daun kayu putih bercirikan  berwarna hijau muda untuk daun muda dan  hijau  tua  untuk  daun  tua  karena  mengandung  zat  warna  hijau  atau khlorofil. Selain itu daun kayu putih memiliki tulang daun dalam jumlah yang bervariasi antara 3 – 5 buah, tepi daun rata dan permukaan daun dilapisi oleh bulu-bulu halus. Ukuran lebar daun kayu putih berkisar antara 0,66 cm – 4,30 cm dan panjangnya antara 5,40 – 10,15 cm. Daun-daun tumbuh pada cabang- cabang tanaman secara selang-seling, pada satu tangkai daun terdapat lebih dari satu helai daun (sehingga disebut sebagai jenis daun majemuk). Daun kayu putih mengandung cairan yang disebut  cineol (sineol) (dimana apabila daun diremas, cairan ini akan keluar dan mengeluarkan aroma yang khas). Selain itu daun kayu putih juga mengandung komponen lain, seperti: terpineol, benzaldehyde, dipentene, limonene dan pinene.
2.3. Syarat dan Tumbuh Budidaya
Tanaman kayu putih tidak mempunyai syarat tumbuh yang spesifik. Dari ketinggian antara 5 450 m diatas permukaan laut, terbukti bahwa tanaman yang satu ini memiliki toleransi yang cukup baik untuk berkembang.

Pemungutan daun kayu putih sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Alasannya, pada waktu pagi hari daun mampu menghasilkan rendeman minyak atsiri lebih tinggi dengan kualitas baik.
Setelah pemungutan daun yang pertama, pohon kayu putih dipangkas agar bisa tumbuh tunas baru dan yang akan menghasilkan daun yang lebih banyak. Selanjutnya setiap kali pemungutan daun selalu diikuti dengan pemangkasan. (Lutony, 1994).
Cara yang ditempuh untuk memproduksi minyak kayu putih bisa langsung dengan menyuling daunnya saja atau dengan cara menyuling daun kayu putih tersebut berikut ranting daunnya sepanjang lebih kurang 20 cm dari pucuk daun. Apabila yang disuling itu berikut dengan ranting daunnya sebaiknya menggunakan perbandingan antara berat ranting terhadap berat daun sebesar 15%, karena ranting daun hanya mengandung 0,1% minyak (Ketaren, 1985).
2.4. Mutu minyak kayu putih
Komponen utama yang terdapat dalam minyak kayu putih adalah sineol. Mutu minyak kayu putih ditentukan oleh kandungan sineol di dalamnya, semakin tinggi kadar sineolnya, semakin baik pula mutu minyak kayu putih tersebut. Namun demikian, masih ada faktor-faktor yang lainnya yang juga menentukan mutu minyak kayu putih yang dihasilkan dari proses penyulingan. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi mutu minyak kayu putih :
·         Cara penyimpanan daun
·         Cara penyajian daun
·         Cara pengisian daun ke ketel
·         Kondisi penyulingan
·         Jenis atau varietas pohon
Standart mutu minyak kayu putih menurut EAO adalah sebagai berikut:
-    Warna : cairan berwarna kuning atau hijau
-    Berat jenis pada 25oC : 0,908 – 0,925
-    Putaran optik  : o – (40)
-    Indeks refraksi 200C : 1,4660 – 1,4720.
-    Kandungan sineol : 50% - 65%
-    Minyak pelikan : Negatif
-    Minyak lemak :Negatif
-    Kelarutan dalam alkohol 80% : Larut dalam 1 volume
Untuk mempertahankan mutunnya, sebaiknya minyak kayu putih dikemas dalam drum berlapis timah putih atau drum besi galvanis.




BAB III
PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN MINYAK KAYU PUTIH
3.1. Proses Pembuatan Minyak Kayu Putih
Minyak kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Minyak atsiri hasil destilasi atau penyulingan daun kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn.) ini memiliki bau dan khasiat yang sangat khas, sehingga banyak dipakai oleh setiap orang, terutama pada bayi.minyak kayu putih dapat tumbuh didaerah tandus,tahan panas dan tumbuh kembali setelah dibakar pohonnya. Pohon kayu putih terdapat secara alami di daerah Asia Tenggara, yang tumbuh di dataran rendah atau rawa tetapi jarang ditemui di daerah pegunungan. Tanaman kayu putih yang tumbuh di rawa-rawa mempunyai komposisi kimia yang berbeda dengan yang terdapat pada dataran rendah. Komponen utama dalam minyak kayu putih adalah sineol yang mencapai 65%. Dengan adanya komponen tersebut, minyak kayu putih dapat langsung digunakan sebagai obat-obatan dan minyak wangi. Tetapi di luar negeri, minyak kayu putih juga digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi dan parfum. Tanaman lain yang juga mengandung sineol adalah eucalyptus, dengan kadar yang kebih besar yakni sekitar 85%.
Permukaan daun minyak kayu putih berambut, warna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan, Daun bila dimemarkan berbau minyak kayu putih. Perbungaan majemuk bentuk bulir, bunga berbentuk seperti lonceng, daun mahkota warna putih, kepala putik berwarna putih kekuningan, keluar di ujung percabangan. Buah panjang 2,5-3 mm, lebar 3-4 mm, warnanya coklat muda sampai coklat tua. Bijinya halus, sangat ringan seperti sekam, berwarna kuning. Buahnya sebagai obat tradisional disebut merica bolong. Ada beberapa varietas pohon kayu putih. Ada yang kayunya berwarna merah, dan ada yang kayunya berwarna putih. Rumphius membedakan kayu putih dalam varietas daun besar dan varietas daun kecil. Varietas yang berdaun kecil, yang digunakan untuk membuat minyak kayu putih. Daunnya, melalui proses penyulingan, akan menghasilkan minyak atsiri yang disebut minyak kayu putih, yang warnanya kekuning-kuningan sampai kehijau-hijauan. Daun kayu putih perbanyakan dengan biji atau tunas akar.
            Adapun proses produksi minyak kayu putih adalah sebagai berikut:
Pengolahan daun kayu putih dimaksudkan untuk mengekstrak minyak kayu putih yang ada pada daun tanaman ini. Proses produksi dalam pembuatan minyak kayu putih diawali dengan pemetikan daun kayu putih. Dalam proses pemetikan ada 2 macam cara, yaitu:
1.      pemetikan sistem rimbas, yakni tegakan pohon kayu putih yang berusia 5 th. ke atas, dengan ketinggian 5 mtr., daunnya dipangkas. 1 tahun selanjutnya, sesudah tanaman kayu putih telah memiliki daun yang lebat, lantas dapat dikerjakan perimbasan lagi.
2.      pemetikan sistem urut, yakni dengan langkah dipotong gunakan alat ( arit ) spesial untuk daun-daun yang telah cukup usia. langkah ini jadi kurang praktis, dikarenakan pemetik mesti menentukan daun satu per satu.

pemetikan dikerjakan pada awal musim kemarau, pada waktu telah sedikit turun hujan hingga tidak mengganggu pekerjaan pemetikan daun. di samping itu, bila pemetikan dikerjakan pada awal musim kemarau, pada akhir musim hujan ( awal musim kemarau ) setiap tanaman sudah menumbuhkan daun didalam jumlah yang cukup banyak. karena, pemetikan atau pengambilan daun-daun kayu putih bisa dikerjakan sekali didalam 1 tahun, bila perkembangan tanaman subur. sesudah pemetikan daun, daun kayu putih yang siap untuk disuling disimpan terlebih dulu.

penyimpanan dikerjakan dengan menebarkan daun di lantai yang kering serta mempunyai ketinggian lebih kurang 20cm, dengan situasi suhu kamar serta sirkulasi hawa terbatas. didalam penyimpanan ini, daun-daun tidak bisa disimpan didalam karung dikarenakan dapat menyebabkan minyak yang dihasilkan berbau apeg serta kandungan sineol didalam minyak rendah. penyimpanan daun dikerjakan optimal sepanjang 1 minggu. rusaknya minyak kayu putih akibat penyimpanan terlebih berlangsung dikarenakan sistem hidrolisis serta pendamaran komponen-komponen yang ada didalam daun. dampak hidrolisis ini bisa dicegah dengan menaruh daun di area yang kering dengan sirkulasi hawa sekecil barangkali. namun dampak pendamaran bisa diminimalkan mempersingkat waktu penyimpanan serta turunkan suhu penyimpanan.

didalam sistem setelah itu, daun kayu putih masuk didalam sistem pembuatan minyak kayu putih. sistem penyulingan minyak kayu putih ini terbagi didalam 3 step, yakni :
1.      pembuatan uap
alat-alat yang dipakai pada pembuatan uap sebagai pensuplai uap panas diantaranya :
a ) boiler berperan untuk menghasilkan uap yang dapat dipakai untuk mendestilasi minyak kayu putih dari daun kayu putih pada bak daun yang dihasilkan air yang datang dari water softener yang dimasukkan ke didalam boiler dengan pompa. pada boiler dilengkapi dengan panel automatic, yang berperan sebagai pengontrol boiler supaya safe serta berperan dengan baik. panel automatic juga berperan mengontrol boiler untuk terkait dengan kipas penghisap asap keluar, pompa pengisi air boiler serta pompa water softener.
b ) area bakar berperan sebagai area pembakaran bahan bakar dari daun bekas masak kayu putih ( bricket ) serta sebagai area pemanasan air awal yang dikaitkan dengan boiler. konstruksi dinding api dari pipa-pipa uap yang melengkung serta jadi satu diatas dengan pipa uap diameter 10” serta dipadukan dengan uap yang terbentuk di boiler. lantai area bakar terbuat dari semen tahan api serta berlubang-lubang untuk pemasukan hawa fresh dari luar yang dihisap oleh exhaust fan.
c ) exhaust fan berperan menghisap hawa panas yang sudah digunakan untuk memanasi area bakar dari ketel uap serta memasukkan hawa fresh ke didalam area bakar untuk lantas dihembuskan ke cycloon.
d ) cycloon berperan memisahkan debu yang terhisap dari boiler oleh exhaust fan supaya tidak keluar ke hawa bebas.
e ) chimney berperan mengalirkan asap pembakaran ke hawa. namun untuk pengumpan air dipakai alat-alat seperti berikut.
a ) pompa feeding water berperan memompa air untuk masuk ke didalam boiler dengan otomatis dari tangki air umpan yang sudah dilunakkan didalam tangki water softener.
b ) water softener berperan melunakkan air yang masuk ke didalam boiler dari kandungan kapur, supaya tidak gampang membentuk susunan kapur yang melekat dibagian didalam boiler.
c ) feed pump water softener berperan memompa air yang dapat dikerjakan ke didalam water softener dari bak air.
d ) feed tank berperan menaruh air yang telah ditinggalkan water softener serta telah lunak untuk dipompa masuk ke didalam boiler.
2. penguapan daun
alat-alat yang dipakai pada penguapan atau pemasakan daun yaitu seperti berikut :
a ) bak daun
berperan sebagai wadah untuk keranjang yang diisi daun kayu putih yang dapat diberi uap panas dari ketel uap. kapasitas bak yaitu 1. 500 kg. jumlah bak daun di pabrik ini ada 2 unit.
b ) keranjang daun
berperan untuk area daun kayu putih yang dapat dimasak / diuapi didalam bak daun, hingga gampang untuk dimasukkan serta dikeluarkan. kapasitas keranjang yaitu 1. 250 kg daun kayu putih. jumlahnya 2 unit.
c ) hoist crane
berperan untuk memasukkan serta mengangkat keranjang daun dari bak daun yang dapat serta sudah selesai dimasak. kapasitas daya angkat 1 ton, tengah jumlahnya 1 buah.
3. pendinginan serta pembelahan minyak dengan air
alat-alat yang dipakai pada sistem pendinginan uap minyak daun kayu putih, diantaranya yaitu :

a. Condensor
berperan mengembunkan uap minyak air serta uap air yang keluar dari ketel uap untuk jadikan cairan dengan langkah didinginkan.
b. pompa air condensor
berperan memompa air pendingin dari bak air pendingin untuk dipompa masuk ke didalam condensor serta keluar lagi menuji cooling tower.
c. cooling tower
Berperan mendinginkan air dari bak air yang dapat dialirkan melewati condensor, dari suhu 1040f ( 400c ) jadi 920f ( 330c ). namun untuk memisahkan air dengan minyak kayu putih, alat-alat yang dipakai yaitu seperti berikut :
a ) separator
berperan memisahkan minyak kayu putih dari air yang keluar berbarengan dari kondensor gunakan sistem gravitasi. air dapat keluar dari sisi bawah serta segera dibuang ke sungai, namun minyak kayu putih dapat keluar sisi atas. sistem pembelahan ini dikontrol melewati kaca pengamat.
b) tangki penampung minyak kayu putih
berperan menyimpan minyak kayu putih dari separator. kapasitas 200 liter.
3.2. Pemanfaatan Minyak Kayu Putih
Gelam atau Kayu putih (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron) adalah tumbuh-tumbuhan anggota suku  (Myrtaceae) yang dimanfaatkan orang sebagai sumber minyak kayu putih (cajuput oil). Minyak diekstrak (biasanya disulingdengan uap) terutama dari daun dan rantingnya. Namanya diambil dari warna batangnya yang memang putih.
Tumbuhan ini tumbuh baik di Indonesia bagian timur dan Australia bagian utara, namun demikian dapat pula diusahakan di daerah-daerah lain yang memiliki musim kemarau yang jelas.
Minyak kayu putih mudah menguap. Pada hari yang panas orang yang berdekatan dengan pohon ini akan dapat membauinya dari jarak yang cukup jauh.Minyak kayu putih yang diambil dari penyulingan biasa dipakai sebagai minyak balur atau campuran minyak pengobatan lain (seperti minyak telon) atau campuran parfum serta produk rumah tangga lain.
Minyak kayu putih dikenal sebagai obat pereda masuk angin dan perut kembung. Minyak aromatik ini juga dapat menyembuhkan iritasi kulit akibat gigitan serangga dan lecet. manfaat alami dari minyak kayu putih sebagai berikut :
1)      Sebagai analgesik alami, minyak kayu putih dapat mengurangi nyeri sendi dan membuat pikiran dan tubuh jadi rileks. kita bisa menuangkan beberapa tetes minyak kayu putih ke dalam bak mandi yang berisi air panas. Lantas, berendam di dalamnya. 
2)      Setelah bercukur, oleskan beberapa tetes minyak kayu putih untuk menenangkan kulit kita. Minyak ini juga bekerja sebagai antibakteri, antivirus, dan antijamur. 
3)      sebagai pereda sakit kepala, oleskan minyak kayu putih di tangan lalu gosokkan di bagian kepala yang pusing, ini membantu meredakan sakit kepala.
4)      Minyak kayu putih juga bisa menjadi sahabat dalam perjalanan, bisa menghilangkan mabuk perjalanan sehingga perjalanan tidak lagi terganggu karena mabuk,. hirup aroma minyak kayu putih dan gosokkan pada perut kita. perjalanan kita menjadi baik.
5)      Memijat dengan minyak kayu putih dapat menghaluskan kulit dan menghilangkan tanda bekas melahirkan.
6)      Minyak kayu putih adalah pewangi alami terbaik, yang membantu dalam penyembuhan infeksi kulit seperti luka, infeksi vagina, dan gangren. Minyak ini juga berperan sebagai antiseptik yang baik untuk tubuh.
7)      selain inhiler, minyak kayu putih bisa juga untuk menghilangkan hidung tersumbat dan flu.

Minyak kayu putih banyak digunakan dalam industri farmasi. Penduduk indonesia telah mengenal minyak kayu putih sejak berabad abad serta mempergunakannya sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Kegunaan tumbuhan kayu putih antara lain sebagai obat sakit perut dan saluran pencernaan (internal), sebagai obat masuk angin untuk dewasa maupun anak anak , sebagai obat kulit (obat luar), berkhasiat sebagai obat oles bagi penderita sakit kepala, kram pada kaki, reumatik dan sakit persendian.
Sebagai obat dalam (internal), minyak kayu putih digunakan hanya dalam dosis kecil dan berkhasiat untuk mengobati rhinitis (radang selaput lendir hidung), dan berfungsi sebagai anthelmintic terutama efektif mengobati demam. Minyak kayu putih juga berfungsi sebagai ekspektoran dalam kasus laryngitis dan bronchitis, dan jika diteteskan ke dalam gigi dapat mengurangi rasa sakit gigi. Minyak kayu putih juga sangat efektif digunakan sebagai insektisida. Kutu pada anjing dan kucing akan mati jika diolesi minyak kayu putih. Juga dapat digunakan sebagai pembasmi kutu busuk dan berbagai jenis serangga (Lutony, 1994).
3.3. Strategi Pemasaran Produk Minyak Kayu Putih
Minyak kayu putih dari jenis tanaman Melaleuca cajuput L. sebagai salah satu produk agribisnis/agroindustri di Indonesia sebetulnya merupakan salah satu produk yang mempunyai peluang pasar yang masih terbuka lebar.  Saat ini, di dunia hanya ada dua produsen minyak kayu putih, yakni Indonesia dan Vietnam dengan total produksi diperkirakan 600 ton per tahun dengan nilai 2 juta dollar AS. Lahan kayu putih di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur seluas 12.000 hektar bisa menghasilkan 300 ton minyak kayu putih per tahun atau separuh dari total produksi dunia. Sedangkan di Kepulauan Ambon kini hanya memproduksi 90 ton minyak kayu putih per tahun. Namun, dengan tingkat produksi sebesar itu, kebutuhan minyak kayu putih di Indonesia 1.500 ton per tahun belum tercukupi. Oleh karena itu, sampai sekarang Indonesia masih mengimpor 1.000 ton minyak ekaliptus sebagai pengganti minyak kayu putih dengan devisa sekitar 6 juta dollar AS. (Anonim. 2003).
Oleh karena itu perlu dilakukan strategi yang tepat dalam usaha minyak kayu putih ini. Yang termasuk dalam strategi adalah cara-cara perusahaan dalam mengembangkan pasar yang menjadi target. Pada umumnya strategi lebih banyak didominasi oleh strategi pemasaran. Jadi, bagaimana cara memasarkan produk-produk perusahaan kepada konsumen. Pemasaran dapat berarti menjaga konsumen untuk melakukan pembelian atau menjaga image produk perusahaan agar tetap menjadi pilihan konsumen (Anonim. 2009).
Dalam strategi pemasaran produk minyak kayu putih harus memperhatikan hal-hal berikut :
a.    Brand/image produk
Minyak kayu putih asli Indonesia merupakan minyak atsiri hasil penyulingan dari daun kayu putih dari spesies Melaleuca cajuput  L. yang memiliki aroma/bau yang khas dan memiliki kadar cineol yang cukup tinggi. Minyak kayu putih banyak disukai orang dan mempunyai manfaat untuk obat-obatan, wangi-wangian dan insektisida. Minyak kayu putih biasa digunakan untuk obat sakit perut, obat kulit, obat reumatik gangguan pencernaan dan ekspektoran.  Fungsi tersebut tidak dimiliki oleh minyak-minyak atsiri yang lain.
Negara penghasil minyak kayu putih Melaleuca cajuput L.  hanya terdapat di beberapa negara saja, termasuk Idonesia. Dengan pemberian merek kayu putih Melaleuca  cajuput L. asli Indonesia secaralangsung memberikan gambaran produk  minyak kayu putih Indonesia.


b.    Segmentasi pasar
Dengan rasa hangat yang alami dan baunya khas, minyak kayu putih dari jenis Melaleuca cajuput  L. dibutuhkan oleh semua orang mulai dari bayi sampai dengan kalangan tua, sehingga pasarnya sangat luas untuk miyak kayu putih ini.
c.    Differensiasi
Minyak kayu putih dari jenis Melaleuca  cajuput L. merupakan jenis minyak atsiri yang murni dengan kadar cineol tidak terlalu tinggi dan tidak rendah (> 55%), sehingga rasa hangat yang dihasilkan tidak terlalu panas dibandingkan dengan minyak kayu putih dari jenisEucalyptus yang mempunyai kadar cineol > 60%. 
d.    Positioning
Positioning merupakan tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan sehingga menempati suatu posisi kompetitif yang berarti dan berada dalam benak pelanggan sasarannya. Positioning minyak kayu putih  dapat diposisikan sebagai produk yang terbaik untuk sejumlah penggunaan/penerapan sesuai dengan fungsi dan manfaat minyak kayu putih dan positioning sebagai produk yang terbaik untuk sejumlah penggunaan/penerapan.
e.     Bauran Pemasaran  (produk, promosi, distribusi, harga dan kemasan)
·         Produk
Untuk menjadi produk unggulan dan berdaya saing tinggi, maka dalam menghasilkan produk minyak kayu putih harus dilaksanakan peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam suatu proses produksi dengan memperhatikan syarat-syarat  dan kriteria mutu yang ditetapkan. Minyak kayu putih harus memenuhi syarat  dan kriteria mutu yang ditetapkan baik untuk dalam negeri (SNI= Standar Nasional Indonesia)) ataupun untuk ekspor seperti ISO (International Standar Organization), SPS (Sanitary and physosanitory Measures ) yang sering disebut proteksi baru  dalam bidang perdagangan  komoditi hasil pertanian terutama untuk ekspor ke Jepang, Eropa dan Amerika Serikat, maupun sertifikasi-sertifikasi lain (Food Safety Law, Plant Protection Law, Food Control Law, Hazard Analysis Critical Control Point / HACCP, dan lain-lain) sehingga dapat diterima oleh  semua negara yang menjadi tujuan ekspor.
Selain itu berbagai upaya pengendalian hama terpadu dan pengendalian pupuk organik serta teknologi-teknologi lain yang ramah lingkungan perlu terus dikembangkan untuk mengisi ceruk pasar kalangan sadar lingkungan yang semakin luas terutama di luar negeri (Gumbira. 1999).
Teknologi penyulingan minyak kayu putih menggunakan teknologi yang ramah lingkungan mulai penyulingan daun kayu putih sampai dengan penanganan limbahnya (cair maupun padat). Teknologi penyulingan dengan pemenuhan syarat dan ketentuan penyulingan mulai dari bahan baku, bahan penolong maupun peralatan penyulingan yang  dapat berjalan dengan lancar akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi produk minyak kayu putih. Teknologi penanganan limbah padat dengan menggunakannya kembali sebagai bahan baku boiler dan penanganan limbah cair yang juga dapat dipergunakan kembali untuk air yang dipanaskan di dalam boiler  juga akan meningkatkan efisiensi.

·           Pendekatan teknologi pengemasan dan Pelabelan
Berfungsi untuk melindungi produk dari kerusakan akan fisik, kimiawi maupun mikrobiologik, sebagai alat transportasi komoditi maupun alat promosi dan pemberi informasi. Teknologi pengemasan dan pelabelan yang baik dan menarik akan meningkatkan daya saing produk terhadap produk-produk lain sejenis
-              Pengemasan
Sesuai dengan SNI 01-5009.11-2001 Minyak kayu putih yang dihasilkan dari suatu pabrik dikemas dengan kemasan yang tidak mempengaruhi mutu minyak kayu putih.  Setelah keluar dari pabrik dapat dilakukan pengemasan dengan kemasan yang lebih kecil dan lebih menarik dengan tetap mempertimbangkan perlindungan produk dari kerusakan fisik, kimiawi maupun mikrobiologik.
-     Penandaan/Pelabelan
Fungsinya untuk memberikan informasi produk.
Pada setiap wadah atau jerigen  dicantumkan : nama barang, produsen, nomor, berat bersih, mutu barang, buatan Indonesia.
·           Pendekatan teknologi Pemasaran
Harga jual produk minyak kayu putih yang rendah, teknik pemasaran yang tepat dan cepat akan meningkatkan daya saing dalam penjualan produk sehingga bisa menjadi salah satu keunggulan kompetitif.
·           Standardisasi hasil produk minyak kayu putih
Standardisasi mutu merupakan suatu spesifikasi teknis tentang mutu suatu komoditas/produk yang dapat digunakan untuk umum, yang dibuat dengan cara kerjasama dan konsensus dari pihak-pihak yang berkepentingan berdasarkan pada hasil konsultasi ilmu pengetahuan, teknologi dan pengalaman. Sedangkan sertifikasi mutu produk merupakan suatu pernyataan tertulis dari suatu lembaga yang kompeten dan berwenang yang berisi kebenaran mutu, fakta hasil pemeriksaan atau hasil pengujian berdasarkan metode yang sah, sehingga sertifikasi berisi pernyataan yang kebenarannya ditanggung oleh lembaga yang menerbitkan sertifikat tersebut (Soekarto, 1990 dalam Ghafar, 2007).

Hasil produksi minyak kayu putih di Indonesia pada saat ini masih mengacu pada SNI, sedangkan untuk ke depannya agar dapat bersaing di kancah internasional, semua pabrik minyak kayu putih di Indonesia akan disertifikasi oleh ISO (ISO 9001 : 2008) dan secara bertahap dipertimbangkan untuk mengikuti standar sertifikasi SPS dan HACCP sehingga dapat menembus semua Negara.



BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Minyak kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Minyak atsiri hasil destilasi atau penyulingan daun kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn.) ini memiliki bau dan khasiat yang khas, sehingga banyak dipakai sebagai kelengkapan kasih sayang ibu terhadap anaknya, terutama ketika masih bayi. Minyak kayu putih digosokkan hampir di seluruh badan untuk memberikan kesegaran dan kehangatan pada si jabang bayi.
Mutu minyak kayu putih diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mutu Utama (U) dan mutu Pertama (P). Keduanya dibedakan oleh kadar cineol, yaitu senyawa kimia golongan ester turunan terpen alkohol yang terdapat dalam minyak atsiri seperti kayu putih. Minyak kayu putih mutu U mempunyai kadar cineol ≥ 55%, sedang mutu P kadar cineolnya kurang dari 55%.
Secara umum, kayu putih dikatakan bermutu apabila mempunyai bau khas minyak kayu putih, memiliki berat jenis yang diukur pada suhu 15oC sebesar 0,90 – 0,93, memiliki indeks bias pada suhu 20oC berkisar antara 1,46 – 1,47 dan putaran optiknya pada suhu 27,5oC sebesar (-4)o – 0o.  Indeks bias adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara sinus sudut datang dengan sinus sudut bias cahaya, sedangkan yang dimaksud putaran optik adalah besarnya pemutaran bidang polarisasi suatu zat.
4.2. Saran
Produsen  agroindustri  minyak  kayu  putih disarankan melakukan perbaikan kualitas produk minyak kayu putih, dengan cara pemilihan bahan baku serta tata cara penyulingan yang baik. Kegiatan dalam rangka diferensiasi produk juga diperlukan, misalkan dalam hal keunikan produk dengan pengemasan botol dan kardus yang lebih menarik sehingga lebih diminati oleh konsumen

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_kayu_putih (diakses tanggal 20 Mei 2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Kayu_putih (diakses tanggal 20 Mei 2014)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar